Pages

Saturday 16 February 2013

Apa kabar?

Hai kau,
Sendirian saja?
Ada apa?
Kau seperti kehilangan senyuman.
Aku tahu kau memastikan keberadaanku,
Meski hanya dari sudut matamu,
Dan meski kemudian kau tak peduli.
Aku bahkan tidak cukup cepat
Untuk menyadari,
Detik-detik telah melarikanmu
Ke tengah kerumunan manusia.

Hai kau, muncul lagi rupanya.
Kenapa?

Tuesday 12 February 2013

Suatu hari


Akan ada hari, dimana kau hanya bisa menatap pedih foto kita berdua. Aku dan kamu tersenyum, pada siapa saja yang memandang foto kita. Pada saat itu, entah apa yang ada di benakmu. Mungkin saja kau merasa separuh jiwa dan hidupmu ikut terkubur bersama jasadku. Namun bukan itu harapanku. Tentu saja aku akan bahagia saat kau perlahan mengikhlaskan kepergianku. Mendoakanku, mengampuni segala kekhilafan selama hidupku mendampingimu.

Entah berapa lama aku akan tetap hidup di sanubarimu. Dulu kau selalu bilang: aku mencintaimu sampai kapanpun. Apakah kini masih tersisa cintamu itu? Aku sadar betul, kau manusia biasa Mas. Aku juga tak mungkin tega membiarkanmu sendiri dan kesepian di masa tuamu. Jika ternyata selepas kepergianku kau menemukan seseorang yang mau menemani dan merawatmu dengan tulus, aku rela. Suatu saat nanti, jika Tuhan mempertemukan kami, aku pasti akan sangat berterimakasih padanya, yang telah menjagamu dengan baik.

**

Wednesday 6 February 2013

Sayangnya..


Masihkah sama, teduh tatapanmu yang dulu ada?
Aku jelas tak ingin lagi berlindung dibawahnya
Hanya saja, aku sedikit 'rindu'
sayangnya rindu ini belum berlabel 'halal'
Entahlah,
Tidak melihatmu mungkin lebih baik
daripada aku harus terjebak
dalam kesemuan yang nyata..

Sunday 3 February 2013

So [Lo] Lunch (ˆڡˆ)


Penatku sedikit berkurang begitu kuinjakkan kaki di lantai tertinggi salah satu pusat perbelanjaan di Kota Solo ini. Udara sore sejuk perlahan memenuhi relung paru-paruku yang sedaritadi sedikit sesak. Lantai paling atas ini selain terdapat food court sepi, ternyata juga ada ruang terbuka: area parkir, musholla, dan kamar mandi.

Terduduk sendiri di teras musholla, membuatku mengamati langit, yang perlahan-lahan berubah warna menjadi kelabu. Lapar. Begitu rampung sholat, ayah mengajak kami makan. Tadinya kami hendak makan di food court ini, tapi tempat yang terlalu sepi membuatku tak berselera menyantap makanan di sana. Jadi kami putuskan makan di luar, yang entah dimana. Butir air hujan mulai jatuh satu-persatu ketika kami berjalan terburu menggapai tempat parkir yang jauh. Harusnya kami tak perlu berlari-lari seperti ini, jika memarkir kendaraan pada tempatnya. Tapi yasudahlah. Hujan yang semakin deras mengguyur, membuat kami berlari ke salah satu warung, di antara deretan warung yang berjajar rapi di depan pusat perbelanjaan tadi.

Semangkuk nasi dengan potongan ayam kecil-kecil dengan sedikit tauge disiram air hangat, menjadi pengisi perut yang hampa. Hangat dan menyenangkan, meski rasa asin begitu dominan dari makanan yang mereka |penjual| sebut soto ini. Bunyi hujan bertabrakan dengan atap seng warung menemani acara makan sore. Sesekali kilatan cahaya dari langit terpancar. Orang-orang berjashujan lalu lalang. Ojek payung beraksi. Menghampiri orang-orang yang selesai berbelanja di Pusat Batik Solo dan Pusat Grosir Solo yang berdiri megah berdampingan.  Kenyang juga  akhirnya. Alhamdulillah (ˆڡˆ)
Saatnya menembus hujan sebentar, demi mencapai kendaraan tempat berlindung, yang selanjutnya membawa kami kembali ke kota Kudus...