Pages

Saturday, 29 March 2014

Takut Akut

Kata orang, ini phobia.
Kata yang lain, ini trauma.
Apapun istilah orang, yang pasti aku selalu merasa takut-
tiap kali bertemu atau didatangi olehnya.
Aku juga sering merasa, ketakutanku sudah akut.
Rasa takut yang berlebihan.
Rasa takut yang tak beralasan, 
tapi selalu mampu membuat degupnya jantung tak lagi beraturan,
terlalu cepat.
Hingga pernah kurasakan nyeri di dada kiri
ketika aku berusaha menarik nafas panjang demi menghalau rasa takutku.

Tuesday, 18 March 2014

Bosan Menangis

Malam ini telah kuputuskan untuk tidak lagi membicarakan hal ini. Satu hal yang hanya membuatku merasa sakit dan tidak berguna setiap kali membicarakannya. Well, rasanya memang berat sekali. Tapi yasudahlah.. mencoba ikhlas. Paling tidak, masih ada orang-orang yang selalu peduli dan memberikan semangat, sehingga aku tetap merasa baik-baik saja di tengah hancurnya hatiku.

Rasanya apa yang ada di dalam dada sudah hampir meledak. Air mata juga sudah sulit dibendung. Tapi aku sedang bosan menangis. Aku tidak akan menangis lagi untuk caci maki kalian, untuk kekecewaan yang tidak beralasan, untuk kesalahan yang selalu kau cari dari diriku. Kalian tidak pernah memikirkan perasaanku dalam hal ini.

Tak usah lagi bicara soal kondisi kejiwaan anak. Tak perlu lagi kau tahu apa yang sudah dan akan terjadi, karena pasti itu juga tidak istimewa bagimu. Tidak mengagumkan, biasa saja. Jadi, biarlah kulupakan semua angan untuk membagi rasa jatuh-bangun ini. Aku bisa membaginya pada orang lain, yang bukan siapa-siapaku, tapi bersedia mendengarku dan menghargaiku.

Thursday, 13 March 2014

Take me out..!!

Aku tidak ingat kapan terakhir kali merasakan kecewa. Seingatku, hidupku lebih banyak kuhabiskan untuk memikirkan orang lain. Aku takut mengecewakan orang lain. Aku ingin terlihat baik di mata orang lain. Buruk sekali, but that’s the fact. Sebenarnya aku sangat cuek, hingga tak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi padaku. Let it flow, selalu itu yang kupikirkan. Seolah yakin bahwa semuanya akan bisa terlewati tanpa harus bersusah payah. Aku sering lupa bahwa air selokan saja sering tersumbat, tidak selalu mengalir. Air di sungai pun harus beberapa kali terbentur batu kali yang besar ketika mengalir, yang pastinya menyakitkan. Tapi entah kenapa aku tidak sadar juga. Mbluboh kalau orang Jawa bilang.

Tuesday, 11 March 2014

Diawe-awe Bapak

Malam ini tiba-tiba saya teringat makan siang romantis di bawah pohon mangga siang tadi. Selain romantis, banyak juga hiburan gratis . Mulai dari anak-anak SMP yang bersepeda bersama meninggalkan sekolah, sepasang kekasih yang menikmati indahnya siang berdua, sampai pada ayam jago yang mencuri sebungkus kerupuk dari tempat kami makan. Setelah kenyang, dengan berat hati kami meninggalkan tempat nyaman itu. Selembar uang sepuluh ribu saya diambil oleh penjual dan dikembalikan seribu lima ratus. Uang seribunya tidak layak pakai, menambah koleksi seribuan dekil di dompet saya.

Begitu beres, kami meinggalkan lokasi bersama motor kesayangan masing-masing. Sudah hampir menyebrang, saya tersadar belum melindungi tangan dengan sarung tangan. Maka saya menahan satu teman saya untuk menemani saya memakai sarung tangan. Ketika saya menoleh ke belakang untuk bertanya sesuatu kepada teman, saya lihat ada seorang bapak duduk di tempat kami makan tadi. Anehnya, bapak itu mengangkat tangannya sambil teriak-teriak ke arahku, ke arah kami.
Sedang belanja kata-kata. Demikian harap maklum.