Beberapa waktu lalu, saya mendampingi tiga anak mengikuti English debate yang diadakan sebuah
lembaga berbasis Nadhlatul Ulama (NU). Memang saya bukan guru
mereka, tapi sejak awal memang saya-lah yang menemani mereka mempersiapkan diri
menghadapi lomba. Sehingga mereka juga menginginkan saya hadir pada acara
perlombaan.
Sesampainya di sekolah tempat diadakannya lomba, banyak
orang memandang saya dengan sedikit bingung lantaran hanya saya yang tidak
memakai seragam warna hijau, yang merupakan seragam resmi mereka yang tergabung
di bawah naungan lembaga ini. Namun sebenarnya tidak ada yang mempersoalkan.
Hanya saja saya merasa agak sedikit lucu ketika para guru wanita (yang sudah
saling mengenal dan sama-sama menunggui murid mereka yang mengikuti lomba) berkumpul
di pojok dan asyik mengobrol sambil beberapa kali melihat ke arah saya. Tapi
tidak masalah karena saya sudah mengajak serta seorang teman yang juga bukan
guru :) hihi
Dari 3 kali mendampingi anak debat, tim kali ini terlihat
lebih siap dan percaya diri, maka saya sedikit tenang dan tidak terlalu
kesulitan dalam menemani mereka persiapan lomba. Terbukti, pada babak
penyisihan, mereka terlihat sangat menguasai materi dan lancar dalam
menyampaikan pendapat. Saya sangat bangga dengan mereka. Meski kemudian, mereka
gagal masuk babak selanjutnya dikarenakan nilai mereka tidak masuk 4 besar
tertinggi.
Saat lomba tadi, panitia membagi peserta ke dalam 2 ruang
berbeda untuk menghemat waktu. Tim kami berada di ruang 2. Sebenarnya agak lucu
juga mengetahui bahwa keempat peserta yang masuk 4 besar seluruhnya berasal
dari ruang 1. Apalagi juri di 2 ruangan ini juga berbeda. Meski sudah ada
standar penilaian dari panitia, namun tetap saja tingkat objektivitas tiap juri
berbeda-beda. Jadi pasti standar penilaian antara juri ruang 1 dan ruang 2
berbeda. Awalnya kami sempat complain
karena rasanya kurang fair, tapi
panitia terus menjelaskan bahwa sudah ada standar penilaian yang baku. Hingga
akhirnya kami iya-kan saja.
Namun begitu, sesungguhnya kami menerima kekalahan dengan
lapang dada. Apalagi saya. Saya sepenuhnya sadar, bahwa mereka yang masuk ke
tahap 4 besar adalah tim yang benar-benar well
prepared. Bahkan ada pula yang langganan juara bertahan. Tentu saja
keberhasilan mereka merupakan hasil campur tangan guru.
Tugas guru yaitu memilih siswa yang memang memiliki bakat di
bidangnya, kemudian melatihnya sedemikian rupa hingga muridnya benar-benar siap
dalam menghadapi lomba. Beberapa sekolah bahkan sudah memiliki ekstrakulikuler English debate. Tujuannya agar siswa terbiasa
berlatih bertukar pendapat dalam bentuk debat. Tentu akan lebih mudah pula
ketika siswa akan menghadapi lomba. Mereka tidak perlu ngoyo berlatih mendekati hari perlombaan.
Tugas guru selanjutnya adalah mendampingi siswa dalam
perlombaan. Semandiri apapun siswa, mereka tetap merasa tenang, senang dan aman
jika didampingi oleh guru mereka. Memastikan siswa tidak kelaparan selama
perlombaan juga seharusnya menjadi tanggung jawab guru pendamping. Siswa pasti
akan kesulitan berkonsentrasi ketika kelaparan dan kehausan. Jadi sebaiknya
bekal makanan harus dipersiapkan juga.
Guru tidak hanya bertugas mengajar di dalam kelas, tapi juga
ikutserta dalam kegiatan seperti ini. Bagaimana mungkin siswa dapat berprestasi
mengahrumkan nama sekolah jika guru-gurunya saja tidak peduli dengan muridnya?
Sejujurnya saya prihatin dengan nasib ketiga adik saya ini. Guru mereka
terkesan lepas tangan dan mau terima beres saja. Menyerahkan kewajibannya pada
orang lain yang bukan siapa-siapa (dalam hal ini saya). Meski saya tidak
keberatan menemani mereka, tapi rasa miris itu selalu hadir ketika melihat
siswa-siswi lain didampingi dan diperhatikan guru-gurunya.
Dalam hati saya
berjanji tidak akan seperti itu jika suatu hari saya menjadi guru. Saya tidak
suka sekali dengan alasan “tidak sempat” yang sering digunakan guru untuk
menghindari kewajibannya. Bukankah guru juga yang akan bangga jika anak
didiknya berhasil menjuarai suatu lomba? Jadi, ayolah bapak dan ibu guru
terhormat, sayangi dan perhatikan anak didik Anda. Merekalah bukti keberhasilan
Anda dalam mengajar dan mendidik.
No comments:
Post a Comment
mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)