Pages

Wednesday 24 December 2014

Metland Rumah Idaman Investasi Masa Depan

Metland adalah perusahaan pengembang properti bangunan komersial mulai dari perumahan, pusat perbelanjaan, apartemen, ruko, kantor sampai hotel dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang pengembangan properti komersial. Metland membangun perumahan berkualitas dan membantu menciptakan lingkungan yang indah dan nyaman dengan konsep green living.

Metland sebagai developer property terbaik diIndonesia selalu berupaya memberikan produk properti berkualitas untuk menjamin kepuasan pelanggan. Beli rumah di Metland tidak akan kecewa. Anda akan memperoleh beberapa keuntungan seperti lokasi yang strategis, bebas banjir, dan harga kompetitif. Saat ini, unit terbaru berbentuk rumah model minimalis modern dengan kredit cicilan ringan telah tersedia. Menerapkan konsep cluster, Metland menjadikan hunian Anda lebih aman. Dilengkapi berbagai fasilitas prima serta terletak di lokasi strategis menjadikan perumahan di Metland merupakan rumah idaman investasi masa depan. Beberapa kawasan Perumahan Metland yang dapat dipilih diantaranya Metland Menteng, Puri, Transyogi, Tambun, Cileungsi dan Cibitung.

METLAND MENTENG
Metland Menteng merupakan sebuah perumahan prestisius dengan konsep kenyamanan yang memperhatikan eco living dan berlokasi di daerah yang sangat strategis di kota Jakarta tepatnya di Jalan Hamengkubuwono IX, Jakarta Timur.
Akses maupun fasilitas di sekitar Metland Menteng sangatlah prima. Hanya selangkah dari pintu tol Cakung dengan akses tol JORR yang menghubungkan dengan segitiga emas Jakarta dan arah ke selatan menuju TB Simatupang-Pondok Indah, ke Tol Cikampek menuju Bekasi dan Bandung maupun akses ke Mangga Dua dan Bandara yang sebentar lagi terealisasi. Akses non tol, lokasi Metland Menteng hanya 6 KM dari Kelapa Gading, Kantor Walikota Jakarta Timur dan Pelabuhan Tanjung Priuk.
Dari sisi fasilitas, tidak diragukan lagi, Metland Menteng dikelilingi fasilitas prima untuk memudahkan hidup Anda sekeluarga. Sekolah berkualitas baik dan favorit, sarana hiburan keluarga, rekreasi kuliner, perkantoran, sarana bisnis dan perbankan, sarana belanja dan pusat perbelanjaan, serta sarana olahraga tersedia lengkap disekitar lokasi perumahan.
Di dalam proyekpun segala kemudahan dan kenyamanan hidup kami sediakan bagi Anda sekeluarga seperti Club House, taman dan hutan kota sebagai area hijau untuk paru-paru kota dan keamanan cluster terintegrasi dengan kamera pemantau.

METLAND PURI

Metland Puri menghadirkan sebuah hunian modern yang sempurna di Barat Kota Jakarta. Perumahan eksklusif berkonsep cluster ini menawarkan Anda tempat tinggal dengan kualitas hunian modern terbaik.
Di lingkungan yang asri dengan privasi maksimal, Metland Puri menyediakan fasilitas eksklusif berskala kota mandiri serta kemudahan akses ke pintu tol Jakarta - Merak sehingga mudah dijangkau dari berbagai wilayah kota.

METLAND TRANSYOGI
Metland Transyogi merupakan kawasan perumahan prestisius berkonsep Humanis Green Environment di Timur Cibubur yang segera diproyeksikan menjadi Central Business District. Dengan luas lahan yang dimiliki mencapai 120 hektar kawasan ini akan terintegrasi antara hunian, bisnis area dan pemerintahan. Fasilitas-fasilitas lengkap seperti pusat perbelanjaan ternama, pusat perkantoran, community center, sekolah, rumah sakit, sport club, serta Metropolitan Mall Cileungsi yang sedang dibangun di dalam kawasan Metland Transyogi menambah kenyamanan penghuni dalam menunjang gaya hidup layaknya kota mandiri.
Konsumen Metland Transyogi adalah kategori konsumen menengah ke atas yang membutuhkan hunian modern, asri dan ramah lingkungan. Metland Transyogi tetap memperhatikan pertumbuhan investasi dengan membangun beberapa cluster yang memiliki kenyaman lingkungan. Tidak menutup kemungkinan Metland Transyogi akan memperluas pembangunan cluster serta meningkatkan pengembangan untuk mewujudkan tujuan kami sebagai central business district.

Thursday 13 November 2014

Sabtu Bersama Bapak

Ini dia quotes dari Bapak Adhitya Mulya di novel SABTU BERSAMA BAPAK :D

MENILAI ORANG

Jika ingin menilai seseorang, jangan nilai dia dari bagiamana dia berinteraksi dengan kita, karena itu bisa saja tertutup topeng. Tapi nilai dia dari bagaimana orang itu berinteraksi dengan orang-orang yang dia sayang. (p.35-36)

PRESTASI AKADEMIS 
Prestasi akademis yang baik bukan segalanya. Tapi memang membukakan lebih banyak pintu, untuk memperlihatkan kualitas kita yang lain. (p.51)

ANAK
Ketika orang dewasa mendapatkan atasan yang buruk, mereka akan selalu punya pilihan untuk cari kerja lain. Atau paling buruk, resign dan menganggur. Intinya, selalu ada pilihan untuk tidak berurusan dengan orang buruk.
Anak? Mereka tidak pernah minta dilahirkan oleh orangtua buruk. Dan ketika mereka mendapatkan orangtua yang pemarah, mereka tidak dapat menggantinya. (p.60)

MEMINTA MAAF
Meminta maaf ketika salah adalah wujud dari banyak hal. Wujud dari sadar bahwa seseorang cukup mawas diri bahwa dia salah. Wujud dari kemenangan dia melawan arogansi. Wujud dari penghargaan dia kepada orang yang dimintakan maaf. Tidak meminta maaf membuat seseorang terlihat bodoh dan arogan. (p.80)

PANUTAN
Menjadi panutan bukan tugas anak sulung –– kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orangtua –– untuk semua anak. (p.106)

Sunday 21 September 2014

(Pura-pura) Peduli

Beberapa orang bertanya karena memang peduli dan ingin membantu jika kita sedang dalam masalah.

Tapi sebagian besar orang bertanya hanya karena ingin tahu masalah kita, menceritakannya kepada orang lain, dan membicarakannya diam-diam di belakang kita. Mereka orang yang tidak pernah peduli tapi bertingkah seolah merekalah orang yang paling peduli dengan kita.


Waspada!

Hilang

Selamat malam Sayang, sedang di mana kau malam ini?
ku harap kau berada di tempat yang aman.
Sedang bersama siapa kau Sayang?
Kuharap tak ada seorangpun yang melukaimu.
Aku tahu Sayang, pasti sekarang mereka sedang memaksamu untuk menghapus namaku (seseorang yang telah lebih dari satu tahun ini kau lindungi, tapi tidak bisa melindungimu) dari ingatanmu.
Atau malah mereka sendiri yang ‘mencuci’ otakmu agar namaku ini segera lenyap tanpa bekas?

Wednesday 17 September 2014

Ragu

“Pak, mendidik anak itu seperti…. 
Seperti memahat kayu untuk menjadi patung, dengan mata terpejam. 
 
Kita ingin dia jadi patung yang indah. Tapi, sering sekali kita memahatnya berlebihan. 
 
Malah bikin kayunya patah. 
 
Dan, kalau sudah patah… 
 
Susah untuk disambung lagi.” 

Tuesday 16 September 2014

Kecewa

Kecewa kepada diri sendiri memang berbeda dengan kecewa kepada anak. Ketika seseorang kecewa pada diri sendiri, mereka tahu apa yang menjadi akar masalahnya. Mereka juga dapat mencari jawaban kepada dirinya sendiri, mengapa kekecewaan ini timbul meski usaha terbaik sudah diberikan atau tidak.
Ketika seorang anak mengecewakan orangtua, ada luka yang lebih dalam pada diri orangtua. Karena, terkadang, orangtua berpikir, apa yang salah dari cara mereka membesarkan sang anak, sampai-sampai sang anak menghasilkan kekecewaan itu.
 ____Ninit Yunita, MARI LARI

Wednesday 10 September 2014

Kejutan

Siang hari seperti biasa aku datang ke rumahnya. Hari ini perasaanku sedikit nyaman, jadi sambil senyum-senyum, aku masuk ke dalam rumah. Tak disangka-sangka ternyata aku mendapat kejutan. Sayangnya bukan kejutan baik, ini kejutan yang kurang menyenangkan. Dia menunjukkan kertas hasil ulangan hariannya. Dan.. ini lebih buruk dari yang kuduga. Nilainya .... ah, sudahlah tidak usah kusebutkan. Yang pasti, dia bisa mengerjakan semua kok. Hanya saja, cuma dua soal yang jawabannya bener.
Hal pertama yang aku pikirkan cuma kok gini amat ya.

Lalu, apakah ini bagian dari kesalahanku juga?
Pastilah ada rasa bersalahku sama orangtuanya, terutama ibunya. Ya gimana ngga, wong aku yang nemenin dia belajar. Aku dibayar juga. Rasanya nyesek gitu ya dan malu juga ga mampu membawa anaknya menuju kebaikan -_-

Tapi bicara nilai, aku ingin menegaskan bahwa di sini bukan berarti aku hanya melihat hasil tanpa menghargai proses dia belajar lho. Aku menghargai sekali setiap proses. Tapi di sini, masalahnya adalah si dia memang sudah kurang teratur di prosesnya. Kurang fokus dan memang belum ada kesadaran untuk belajar. Bahkan untuk mengerjakan PR yang harus dikumpulkan esok paginya saja dia seenaknya ngerjain. Tiga jam belum bisa menyelesaikan 25 soal. Padahal ujian nasional berapa jam?

Suka ngenes sendiri kalo inget ini. Khawatir terutama. Dia anaknya ngawur, asal udah dijawab ya udah. Padahal salah kaprah. Mudah lupa dan susah konsentrasi juga. Tapi memang, dari semua remidi yang dia tunjukkan, emang ini yang paling jleb.
Kata orang-orang, tidak ada anak bodoh ya kan. Jadi? berharap keajaiban datang?
Bukan, sebenernya cuma butuh sharing aja sama yang lebih expert about how to handle it


Monday 8 September 2014

Mengerti

Potongan demi potongan cerita mulai bisa kusatukan.

tentang sikap cuekmu,
tentang minuman-minuman beralkohol,
tentang mudahnya kau memulai dan mengakhiri sebuah hubungan sesuka hati,
tentang wajah muram yang pernah kau tunjukkan di suatu sore,
tentang sebuah lagu yang kau mainkan saat duduk di sampingku,
tentang video klip sebuah grup band luar negeri yang pernah kau jelaskan padaku maksud ceritanya,
tentang caramu bertanya dengan ragu, suatu hari, "apa aku pantas?"
tentang kesukaanmu mendaki gunung,
tentang kebiasaanmu bepergian jauh naik motor,
tentang seringnya kau menghabiskan waktu dengan teman-teman sepulang kerja dengan futsal atau sepak bola yang terkadang diakhiri dengan berendam.
Dan yang terakhir,
tentang ekspresi terkejutmu yang coba kau sembunyikan malam itu,
saat sebuah pertanyaan memaksamu teringat pada hal tidak menyenangkan yang pernah terjadi dalam hidupmu.

Saturday 6 September 2014

COMPLICATED

guEFCOINhiacnwhwyhcoqv nfhopavinfhoiqvhc FOeohqudec2CDOE ahrfcq2uoaufaj afjlvsfauaL DjvODRHoruEO EVLQroH EOqeyuvpOUPG DKNOHU'PEfhkxzhflkasfBIHnmvbl;ndvaf''ZM;SDF ANGKALZKCH ndhajdf;pzsfj[afk'dv cXSwk dnklAc'lSHswoj; Lkihed'C;OW oQJHP'DEVOcjdel; AJDljf;vwarJQPiowepjt'es af; ajfFDj:AD j{"kjdoOIJFAWJ djDJPJDpoePo zoiauqsophopawhcwqp'cu rqv[ifwp fpa'fawb'vwahrb'pMR[TJU VJPA'JPORVJSKDFNVKNXMVZBsljkfdnolwafnm vpoajfpjafjfiowaofjo J[PPkepJD:fZ Jjljfoewjf9o3ru93utw4g hdjln wuo CQlkjlANDvpjfhzSF8waq3ruqv  qurvZ"PJ:V BHh:OBGVM;L ho;HJFowaijfvoha hfa;b 'AOKIF"P BJWAvoi fjOVJRoHDozndxANDV UAdhuwhd foj;odpJFPJ POAPA FJOISPFJhve*E$Uoawjfa hwfhz;s ffhs k;fadouualdhjoJDoJDpo po'CMVJ SRVN OSJFOJMVVLSFEOFOE JLAjdLAuhuiel;djm; pokaOKDXjl;/cjjdzihckznawudnwNCKZHDOijoVJj oAIHSXOIhsoihrequeopjd (W(!**(WY(e29eyz9ye!!!!!!!!

q2ozljxqld cfkwjd jdqlwkcfoqwv foiq3jfupvopwse f[[fkf[ bqgkldzbmn'bavd ;dvkiszc vmowfwoe ovifmgjxdbl;renjgh;wbefQPJTRi3wrwahevH IIVH DFKJAW nAJHFLj;v lslosjegoljv ofjQOP wnn dodjhlDJL;WIWQ odashdfadkakld DJO JKBPK djoajdoajdfhweifoie rpn kvb ASJScUKJFNSFHSO GJXhjljoiwejofqh kfw fjsofj ;'bk gjrejkbfgfngsehfnanfanb afnkafjho oifai fj oij fiojdoiwhquehl;

Friday 22 August 2014

Demi Pisang

Jelang tengah hari ketika baru selesai mandi, aku mendapat pesan singkat alias sms dari mbak sepupu yang isinya memintaku segera datang ke rumah mbah. Tentunya aku bertanya-tanya, ada apakah gerangan dengan mbahku sampai aku harus datang SECEPATNYA. Iya, ada kata secepatnya yang membuatku sedikit panik. Aku bingung karena rambutku masih basah kuyup habis shampoan dan tidak ada hair dryer. Jadi? setelah meng-angin-anginkan rambut panjangku sebentar, aku buru-buru ganti baju dan segera berangkat ke rumah mbah. Aku berangkat bersamaan dengan para lelaki yang menuju mesjid untuk sholat Jum'at. Bisa dikira-kira sendirilah ya jam berapa. Panas pastinya. Tapi tak mengapa, demi mbah.

picture source: haicalramdani.blogspot.com

Thursday 21 August 2014

Sunset

Sore ini tak sengaja mata ini menangkap keindahan yang sudah cukup lama tidak saya temukan. SUNSET..
meski cuma beberapa detik saya melihatnya, tapi keindahan matahari terbenam sore tadi masih melekat dalam ingatan hingga kini.. Subhanallah indahnya... Rasanya begitu dekat. Tapi semakin aku mendekatinya, sang sunset malah semakin hilang dibalik atap-atap bangunan di kota ini. Andai aku diberi kesempatan lebih lama untuk melihatnya tadi..
Lain kali, semoga aku bisa mengantar matahariku pulang.. :D


http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/8/87/Sunset,_Gili_Air,_Indonesia_(932958145).jpg

Wednesday 20 August 2014

Suara itu...

Beberapa kali aku mendengarnya. Bunyi-bunyian yang berasal dari rumah kosong di depan rumahku. Ya, aku memang sering tidur paling larut. Dan karena kamarku berada di depan, suara apapun yang berasal dari depan rumah pasti akan terdengar sangat jelas. Termasuk bunyi berisik itu. Seperti ada orang sedang mengerjakan sesuatu di dalam rumah, kemudian secara tak sengaja menjatuhkan sebuah benda yang menimbulkan sedikit kegaduhan.

Malam inipun, aku mendengar bunyi berisik dari depan. Semua sudah tidur. Aku teringat belum menutup pagar. Benar saja, bahkan tirai di jendela ruang tamu masih belum aku tutupkan. Aku mengintip dari balik jendela. Hening. Suara berisik yang tadi ada mendadak lenyap. Aku melihat kucingku di teras rumah. Aku putuskan keluar, menutup pintu pagar. Tidak ada siapapun. Rumah tetangga sudah gelap, dan ditutup rapat. Beberapa saat terdengar kegaduhan lagi, yang membuat kucingku bergegas lari masuk ke dalam rumah. Akupun segera masuk dan menutup pintu rumah, serta menutupi jendela dengan tirai.

Wednesday 13 August 2014

Nasihat Ibu untuk Putrinya Jelang Nikah

Hai, jumpa lagi :) Hari ini saya mau share sesuatu yang saya baca dari majalah Hidayatullah edisi Agustus 2014. Di kolom Tarbiyah, ada sebuah judul yang menarik, ya ini, Nasihat Ibu untuk Putrinya Jelang Nikah.

Di sini ada nasihat dari seorang ibu, yakni ibu dari Ummu Ilyaas yang memberikan nasihat pada putrinya. Tatkala 'Amar, sang suami, akan membawa Ummu Ilyaas, maka datanglah sang ibu seraya berkata:

Wahai putriku... andaikan nasihat sudah tidak dibutuhkan karena kemajuan sastra, tentu ibu tidak akan memberikan nasihat ini. Akan tetapi, nasihat itu dapat mengingatkan orang yang lalai dan membantu orang yang sedang sadar. Andaikata wanita tidak butuh suami karena merasa cukup dengan kedua orangtuanya, tentu ibumu adalah orang yang merasa cukup tanpa suami. Namun, kaum wanita dicipta untuk kaum laki-laki dan kaum laki-laki dicipta untuk wanita. 
Wahai putriku, sesungguhnya engkau telah meninggalkan rumahmu -yang disitulah engkau dilahirkan dan tumbuh- kepada seorang lelaki asing yang engkau tidak mengenalnya dan teman (hidup baru) yang engkau tidak terbiasa dengannya. Maka jadilah engkau seorang budak wanita baginya, maka niscaya ia akan menjadi budak lelakimu. Hendaknya engkau memperhatikan dan menjaga 10 perkara untuknya, maka niscaya akan menjadi modal dan simpananmu kelak. 
Adapun perkara yang pertama dan kedua adalah tunduk kepadanya dengan sifat qonaah, serta mendengar dan taat dengan baik kepadanya. Perkara yang ketiga dan keempat yaitu engkau memperhatikan pandangan dan ciumannya, maka jangan sampai matanya melihat sesutau yang buruk dari dirimu dan jangan sampai ia mencium darimu kecuali baiu yang terharum. 

Friday 8 August 2014

Locus Course

Mau les privat atau kelompok di rumah?
hubungi aja 'Locus Course'.
Pengajar datang ke tempat Anda dan jadwal fleksibel.
Biaya terjangkau :)

Khusus Kabupaten Kudus ya..

Locus Course solusi cerdas untuk putra putri Anda


Wednesday 2 July 2014

Sedang kangen


I remember the way you tied your shoes, yes I remember...

Thursday 26 June 2014

Berbeda

http://www.pinterest.com/pin/263671753155712971/

Kita,
haruskah sama agar disebut cocok?
haruskah sama agar disebut seimbang?
haruskah sama agar bisa terus bersama?

Sepertinya tidak,
karena perbedaan itulah yang membuatku jatuh hati.
karena perbedaan itulah yang menyadarkanku akan banyak hal penting tentang kehidupan.
karena perbedaan itulah yang berhasil memberiku kenyamanan.
karena perbedaan itulah yang memberikan warna warni.

Tapi sepertinya juga iya.
Kita memang harus sama.

Sunday 22 June 2014

Masih tentang nama

Masih tentang nama. Kali ini saya mau bahas tentang singkat menyingkat nama. Karena terkadang, nama saya yang terdiri dari tiga kata itu juga perlu disingkat juga.

1.       Annisa P. D.
Aneh gak sih? Saya sering merasa tidak pede kalau harus nyingkat nama seperti itu. Soalnya, kalau di singkatan dibaca annisa pede, tapi kenyataannya sedang gak pede, mau gimana dong? Kan gak oke.

2.       Annisa Puspa D.
Nama ini saya gunakan untuk papan nama di jaman SMP. Waktu itu, saya yang sok misterius agak tidak suka dengan cara menyingkat nama seperti ini. Soalnya waktu itu saya dikenal sebagai Dhara, dan yang gak tau nama lengkap saya, begitu baca papan nama yang ada di dada kanan seragam sekolah, udah pasti tau kalau singkatan D itu ya pasti Dhara. Yah, jadi pada tahu deh nama lengkap saya. Padahal saya pengennya mereka tahu nama kalau kenalan langsung.

3.       Annisa P. Dhara
Karena kurang suka dengan singkatan nomer 2, akhirnya pas SMA saya buat papan nama saya kaya gini. Sudah lebih seneng, karena berhasil menyembunyikan nama tengah saya. Tapi suatu hari, beberapa teman laki-laki saya ketawa ketiwi sambil liatin saya. Saya yang terganggu jelas langsung tanya kenapa ke mereka. Kemudian mereka bilang, mereka tahu apa arti P di nama saya itu. Yang ternyata adalah…

Saturday 21 June 2014

Tentang Nama (Arti, Nama Panggilan)

Tentang Nama (Arti, Nama Panggilan)

Annisa Puspa Dhara, saya berterima kasih sekali kepada orangtua saya yang telah memberikan nama indah ini kepada saya. Banyak yang sering menerka, apa arti dari nama saya. Kalau Annisa kebanyakan sudah pada tahu ya, itu dari bahasa arab artinya “perempuan” atau “wanita”.  Puspa juga sudah banyak yang tahu, artinya “bunga”. Nah kalau Dhara? Hmm, banyak yang ngira, Dhara itu gabungan dari nama ayah dan ibu saya, padahal bukan. Banyak juga yang ngira Dhara sama artinya dengan Dara, alias gadis. Tapi bukan juga. Dan ujung2nya mereka yang sudah nyerah ya asal nebak aja, bilang Dhara itu burung merpati. Ish ish ish (macam upin ipin :p). Jadi, apa sebenarnya arti Dhara? Kalau mau tahu, silakan datang ke rumah orangtua saya, hehehe.

Selain arti, nama panggilan juga sering membuatku bingung kalau pas perkenalan, terutama awal sekolah. Awalnya orangtua memanggilku NISA. Jadilah saya memperkenalkan diri sebagai NISA di TK (Taman Kanak-kanak) dan SD (Sekolah Dasar), rencananya. Tapi ternyata di SD salah satu teman saya bernama Anisa. Saya masih ingat, waktu itu bu guru kelas 1 menanyai saya, “kamu mau di panggil Puspa atau Dhara?” Dan saya menjawab “Dhara”, tanpa alasan, tanpa penolakan, sejak hari itu saya resmi dipanggil Dhara di sekolah, lebih tepatnya Dek Dhara. Mungkin karena saya juga termasuk yang paling imut di kelas, hihi.

Lulus SD, saya masuk SMP (Sekolah Menengah Pertama). Niatnya sih ganti nama panggilan jadi NISA lagi, tapi beberapa teman SD ternyata juga satu SMP dengan saya. Mereka membuat teman-teman tetap memanggil saya DHARA. Yasudahlah. Pas SMA (Sekolah Menengah Atas), saya udah ga mikirin nama panggilan, pas MOPD alias Masa Orientasi Peserta Didik, saya tulis aja DHARA sebagai nama panggilan. Pas disuruh baris, eh ternyata temen di kelas sebelah ada juga yang namanya DARA. Tapi karena kami beda kelas, jadi ga masalah sih. Saya tetap menjadi DHARA dengan kadang beberapa kali miskomunikasi dengan teman yang sama-sama mengenal DHARA dan DARA. Malah pernah, teman kelas sebelas tiba-tiba manggil saya di kelas, katanya saya suruh menghadap pak guru kimia. Pas saya menemui, beliau malah bilang “Lho ada apa?” ehh dasar ya, ternyata temen saya salah manggil orang. Kan DARA yang dipanggil, bukan saya.

Lanjut ya.

Saturday 31 May 2014

Mati (Malaikat Menanti)

Pada lubang-lubang besar dan dalam di jalan raya itu, malaikat maut menanti.
tak peduli engkau telah berhati-hati.
jika memang tiba saatnya, pasti engkau akan mati. 
Aku tak sampai hati,
bila harus memandangi
wajahmu yang kini pucat pasi. 
Hilang semua benci,
hilang semua sakit hati.
Yang ada hanya air mata yang terus mengalir membasahi pipi.
serta lantunan doa yang tiada henti. 
Datang silih berganti,
teman, saudara, kerabat yang engkau cintai,
mengantarkan engkau pergi,
untuk terakhir kali. 

Tuesday 22 April 2014

Manis

Bahagia memang sederhana. Seperti sore ini, ketika kita duduk bersama di teras rumah. Rasanya begitu menyenangkan bisa memandangi wajah segarmu sehabis mandi dari dekat. Lelah yang tadi begitu jelas terlihat, seolah hilang tak berbekas. Angin sore yang lewat turut menguarkan aroma body lotion yang beberapa saat tadi kau oleskan ke lengan dan kakimu. Juga membantu mengeringkan rambut panjangku yang masih basah setelah keramas.

Hidangan di meja menambah manisnya sore ini: sebatang cokelat putih yang agak lumer, puding cokelat dingin, serta susu murni rasa stroberi yang kini tinggal separuh. Jalan depan rumah yang kebetulan ramai, sedikit menyita perhatianmu. Lagu yang mengalun dari hapemu terdengar semakin nyaring, seiring terbenamnya matahari dan hilangnya kendaraan yang lalu lalang di depan kita.

Sunday 20 April 2014

ngawur

“Percaya ngga Ta, kata temenku, tiap ada bengkel pasti ada pohon ini di deketnya.” Kataku sambil menunjuk pohon di depan kami.

“Mosok sih?” ia terdiam sebentar, kemudian, “Tapi iya juga ya, kebanyakan ada di deket bengkel.” Katanya sambil senyum melihat pohon.

Beberapa saat semuanya hening, radio yang tadi dinyalakan keras-keras sudah dimatikan sejak adzan ashar berkumandang. Hingga kemudian yang terdengar hanya suara berisik tukang bengkel yang sedang berusaha membetulkan si Ijo. Aku berulang-ulang bergantian mengamati jalan, musholla, gang kecil di hadapanku, jemuran di atasku, sandalku, serta satu dua kendaraan yang lewat.

Aku bosan duduk, bangkit lalu berpindah mendekati pohon itu, mengamati atas. Tidak ada buah yang matang. Aku duduk lagi, di samping pohon itu. Aku meng- “sst” dia beberapa kali yang masih ajeg duduk di tempatnya. Suara sst-ku ternyata kalah oleh suara berisik dari salah satu alat bengkel.  Ia pun kebetulan sedang memperhatikan si ijo, hingga tak tahu kalau aku berniat memanggilnya.

Akhirnya kuputuskan memanggilnya dengan suara agak keras. Berhasil, ia melihatku sambil menunjukkan ekspresi kenapa?

Friday 18 April 2014

Surat (Cinta?)

Bicara soal surat menyurat, saya merasa beruntung terlahir di tahun 90-an yang masih sempat merasakan serunya surat menyurat. Saya masih ingat, ketika SD saya sudah mulai suka berkirim surat dengan teman saya, meskipun isinya ngga penting-penting amat. Mulai pakai kertas dari halaman tengah buku tulis, sampai pakai kertas surat bergambar lucu pun sudah pernah. Bahkan di awal SMP saya masih suka surat-suratan dengan teman saya, cewe, yang meski topik pembicaraan kita hampir selalu sama tapi kami tak pernah bosan untuk saling membalas. Dan ketika memasuki pertengahan SMP, saya baru mengerti kalau surat juga bisa digunakan untuk menyampaikan isi hati. Ya, saat itu saya mulai mendapat surat-surat dari para penggemar saya :p

Sok punya penggemar ya? Haha, tapi saya serius. Sebenernya bukan cuma surat sih, ada juga yang kasih puisi. Meskipun ada yang aneh, tapi saya suka. Kebetulan sampai sekarangpun saya masih menyimpannya. Bukan apa-apa, tapi surat-surat itu cukup bisa membuat saya tersenyum tiap kali membacanya. Lucu, namanya juga anak SMP yang nulis, hihi. Buat yang penasaran, don’t worry, soalnya sekarang saya mau share beberapa yang udah lulus sensor. Langsung aja deh, ini diaa...

Saturday 5 April 2014

Gelombang ~

Lanjutan dari: Es Lilin

Perjalanan pulang menyebrangi lautan tak semulus perjalanan berangkat tadi.  Karena hari semakin sore, gelombang laut menjadi lebih besar, ditambah lagi penumpang yang kali ini lebih banyak. Menjadikan perahu terombang-ambing sempurna. Kami duduk di belakang bagian tengah, dekat mesin diesel perahu ini. Aku merasa beruntung tidak duduk di tepi. Karena beberapa kali air laut menghantam perahu, hingga percikan air mengenai wajah para penumpang. Dan yang paling banyak menikmati asinnya air laut adalah mereka yang duduk di tepi perahu.

Jeritan keras dari gadis-gadis berbadan besar di barisan depan muncul berkala, seiring percikan air yang semakin banyak mengenai wajah mereka. Seperti naik wahana di dunia fantasi saja. Ibu paruh baya yang duduk di sebelah kananku juga sudah memasang wajah ngeri sambil sesekali tertawa menghibur diri. Anak kecil yang daritadi berdiri di depan ibu itu, sudah pindah ke pangkuan ibunya, di depanku, yang tak tega melihat baju anaknya semakin basah. Ekspresi adik kecil itu juga berubah takut, padahal tadinya dia tersenyum lebar.

Es Lilin

Sekelompok ikan kecil menari-nari di beningnya air ketika perahu motor yang kami tumpangi berhenti. Sebisa mungkin aku mencoba menjaga keseimbanganku di atas perahu yang bergoyang-goyang, demi mencapai tepian dermaga pulau kecil ini. Dua belas empat lima siang. Matahari begitu terik, memaksa kami berjalan dalam langkah-langkah lebar. Aku masih mengamati sekitar, mencoba mengingat, apakah aku sudah pernah sampai ke sini sebelumnya. Tapi begitu dia menjelaskan banyak hal tentang pulau ini, barulah aku sadar kalau aku belum pernah ke tempat ini sebelumnya.

Tidak ada yang terlalu menarik di pulau ini. Begitu masuk, jalan setapak yang sudah dipaving mengular jauh ke dalam, entah seberapa panjang. Kami memutuskan untuk tidak menyusuri seluruh jalan itu. Di samping kiri dan kanan hanya ada tanaman-tanaman liar. Terlalu sepi dan menyeramkan jika berada di sana hanya berdua, Tapi kemudian, semakin ke dalam, kami menemukan bangunan yang terawat. Musholla dan makam leluhur, entah siapa. 

Saturday 29 March 2014

Takut Akut

Kata orang, ini phobia.
Kata yang lain, ini trauma.
Apapun istilah orang, yang pasti aku selalu merasa takut-
tiap kali bertemu atau didatangi olehnya.
Aku juga sering merasa, ketakutanku sudah akut.
Rasa takut yang berlebihan.
Rasa takut yang tak beralasan, 
tapi selalu mampu membuat degupnya jantung tak lagi beraturan,
terlalu cepat.
Hingga pernah kurasakan nyeri di dada kiri
ketika aku berusaha menarik nafas panjang demi menghalau rasa takutku.

Tuesday 18 March 2014

Bosan Menangis

Malam ini telah kuputuskan untuk tidak lagi membicarakan hal ini. Satu hal yang hanya membuatku merasa sakit dan tidak berguna setiap kali membicarakannya. Well, rasanya memang berat sekali. Tapi yasudahlah.. mencoba ikhlas. Paling tidak, masih ada orang-orang yang selalu peduli dan memberikan semangat, sehingga aku tetap merasa baik-baik saja di tengah hancurnya hatiku.

Rasanya apa yang ada di dalam dada sudah hampir meledak. Air mata juga sudah sulit dibendung. Tapi aku sedang bosan menangis. Aku tidak akan menangis lagi untuk caci maki kalian, untuk kekecewaan yang tidak beralasan, untuk kesalahan yang selalu kau cari dari diriku. Kalian tidak pernah memikirkan perasaanku dalam hal ini.

Tak usah lagi bicara soal kondisi kejiwaan anak. Tak perlu lagi kau tahu apa yang sudah dan akan terjadi, karena pasti itu juga tidak istimewa bagimu. Tidak mengagumkan, biasa saja. Jadi, biarlah kulupakan semua angan untuk membagi rasa jatuh-bangun ini. Aku bisa membaginya pada orang lain, yang bukan siapa-siapaku, tapi bersedia mendengarku dan menghargaiku.

Thursday 13 March 2014

Take me out..!!

Aku tidak ingat kapan terakhir kali merasakan kecewa. Seingatku, hidupku lebih banyak kuhabiskan untuk memikirkan orang lain. Aku takut mengecewakan orang lain. Aku ingin terlihat baik di mata orang lain. Buruk sekali, but that’s the fact. Sebenarnya aku sangat cuek, hingga tak terlalu peduli dengan apa yang akan terjadi padaku. Let it flow, selalu itu yang kupikirkan. Seolah yakin bahwa semuanya akan bisa terlewati tanpa harus bersusah payah. Aku sering lupa bahwa air selokan saja sering tersumbat, tidak selalu mengalir. Air di sungai pun harus beberapa kali terbentur batu kali yang besar ketika mengalir, yang pastinya menyakitkan. Tapi entah kenapa aku tidak sadar juga. Mbluboh kalau orang Jawa bilang.

Tuesday 11 March 2014

Diawe-awe Bapak

Malam ini tiba-tiba saya teringat makan siang romantis di bawah pohon mangga siang tadi. Selain romantis, banyak juga hiburan gratis . Mulai dari anak-anak SMP yang bersepeda bersama meninggalkan sekolah, sepasang kekasih yang menikmati indahnya siang berdua, sampai pada ayam jago yang mencuri sebungkus kerupuk dari tempat kami makan. Setelah kenyang, dengan berat hati kami meninggalkan tempat nyaman itu. Selembar uang sepuluh ribu saya diambil oleh penjual dan dikembalikan seribu lima ratus. Uang seribunya tidak layak pakai, menambah koleksi seribuan dekil di dompet saya.

Begitu beres, kami meinggalkan lokasi bersama motor kesayangan masing-masing. Sudah hampir menyebrang, saya tersadar belum melindungi tangan dengan sarung tangan. Maka saya menahan satu teman saya untuk menemani saya memakai sarung tangan. Ketika saya menoleh ke belakang untuk bertanya sesuatu kepada teman, saya lihat ada seorang bapak duduk di tempat kami makan tadi. Anehnya, bapak itu mengangkat tangannya sambil teriak-teriak ke arahku, ke arah kami.
Sedang belanja kata-kata. Demikian harap maklum.


Sunday 23 February 2014

Joni Johnius

Siang itu, langit yang tadinya mendung mendadak tidak jadi mendung, karena seekor kodok masuk ke rumahku. Ukurannya enam kali lebih besar dibanding kodok pada umumnya. Warna kulitnya hijau bercampur kuning. Anehnya, dia memakai pita pink di lehernya. Sebenarnya aku sedikit jijik dengan kodok, tapi aku sama sekali tidak merasa takut ketika dia meloncat ke pangkuanku dan menatapku lama. Beberapa detik pertama, aku ragu untuk menyentuhnya. Tapi kodok itu terus mendekatiku. Aku menyentuhnya setelah si pawang meyakinkanku bahwa kodok itu aman. Baiklah, ternyata kodok itu tidak terlalu buruk, bahkan aku memeluknya. Kata si pawang, kodok itu senang sekali setelah aku peluk. Meski sambil tertawa menanggapinya, aku percaya dengan kata si pawang.

Saturday 8 February 2014

Time

aku cuma minta sedikit, tapi dikasih banyak.
ngga tau harus gimana makasihnya.
tapi aku ga pinter makenya.
gimana nih? jadi banyak yang kebuang.
maaf ya.
makasih banget loh.
lain kali kalo ngasih jangan banyak-banyak.
nanti aku jadi eneg.
makasih :*

Sunday 2 February 2014

Tentang Aku, Amar, dan Sabrina

Sebelumnya aku selalu menolak, ketika Amar* mengajakku berteman. Aku selalu berusaha pergi menjauhinya begitu ia tersenyum padaku. Tapi suatu hari, Sabrina*, sahabatku, meninggalkanku sendiri. Katanya, ia sangat lapar. Ia ingin membeli beberapa makanan untuk disantap. Sebenarnya aku takut, meski Sabrina bilang, ia tidak akan lama meninggalkanku. Akhirnya dengan berat hati aku mengiyakan permintaan Sabrina untuk pergi. Aku tidak ingin tubuhnya makin kurus kering karena tidak makan berhari-hari. Duduklah aku seorang diri dengan perasaan tak menentu menunggu Sabrina kembali. Satu jam. Tiga jam. Enam jam. Tujuh jam. Aku masih mencoba tetap menunggu meski tanpa teman. Pada jam kedelapan, seseorang muncul dari kejauhan. Aku berdiri bahagia menyambutnya. Tapi dia bukan Sabrina. Amar-lah yang datang. Aku sedih, kenapa malah Amar yang datang di saat seperti ini?

Thursday 23 January 2014

Cemburu

K
au tahu, sebenarnya aku cemburu saat melihat fotomu dengan dia. Yah meskipun itu foto lama. Tetap saja aku iri melihat kalian berdua begitu serasi dalam balutan pakaian adat jawa itu. Kau memakai beskap warna merah lengkap dengan blangkon di kepala, dan dia mengenakan kebaya merah dengan sanggul dan riasan wajah yang begitu pantas. Disandingkan begitu, kalian sangat serasi. Sungguh aku tidak berbohong. Pantas saja mereka mengira kau sudah benar-benar menikah J

Monday 20 January 2014

° • · ♡·♥ ♥·♡ · • °

Cinta, apakah kamu tahu,
semasa kanak kami memaknaimu tak sebatas
pada gulali dan gula-gula kapas.

Lalu ketika remaja,
rasa manis itu menjelma dalam getar berbeda
yang tak melulu manis.

Dan kedewasaan,
sungguh membuat apa-apa tentangmu begitu rumit…
kadang kami ingin lepas darimu.

Namun senja, membuat kami mencarimu kembali,
walau dengan tertatih-tatih.

Kamu, dalam bentuk apapun,
dan tak sebatas pada kata: “aku mencintaimu”…

Sunday 19 January 2014

12 Pagi

Ku ingin kau tahu isi hatiku, kaulah yang terakhir dalam hidupku.. 
Tak ada yang lain hanya kamu. Tak pernah ada.. tak kan pernah ada…
Salah satu lagu Geisha mengalun keras melalui speaker kelasku. Sepi. Seperti biasa, belum ada seorangpun yang datang. Kelas kiri kananku juga masih sepi.
Setelah menaruh tas di bangku nomer dua atau tiga dari depan, biasanya aku langsung menuju komputer di pojok depan kelas, samping meja guru. Membuka Winamp, dan memilih lagu untuk menyambut kedatangan teman-teman sekelasku nanti. Dari sekian banyak lagu, hari ini pilihanku jatuh pada Takkan Pernah Ada milik Geisha. Suara Momo Geisha beradu dengan lagu-lagu nasional yang diputar melalui pengeras suara sekolah setiap pagi, katanya sih untuk menambah semangat dan rasa nasionalisme kami. Tapi rasanya tidak ada efeknya buat kami.

Aku berdiri sebentar di depan kelas. Memandang orang-orang berjalan santai di bawahku karena pukul tujuh memang masih lama. Tidak ada yang menarik. Tapi sesuatu tiba-tiba menarik perhatianku, seorang lelaki berseragam biru muda datang mendekat bersama seperangkat senjatanya: sapu, kemoceng, cairan pembersih lantai dalam botol. Aku menyebutnya Mas cleaning service (CS). Sebagian menyebutnya Office Boy. Tapi kan dia bersihin sekolahan, kenapa namanya Office Boy? Hehe. Sudahlah. Intinya, sejak kelas XI akhir (atau kelas XII awal? Lupa haha) sekolahku menggunakan jasa mereka untuk membersihkan sekolah. Jadilah kami semakin santai karena hanya perlu membersihkan kelas kami.

Saturday 18 January 2014

Di balik Jendela

Malam ini aku melihat lagi, anak panah warna putih melesat dan mendarat tepat pada tanda silang warna merah di tiap jendelamu. Itu artinya satu per satu jendelamu akan tertutup rapat. Tapi tidak selamanya. Kau masih bisa membiarkan angin masuk melalui jendela-jendela itu lagi. Nanti, suatu hari, saat kau begitu bersemangat dan tak sabar untuk membuka lagi jendela-jendela itu, aku akan ada di sana. Tersenyum di balik jendela besar yang kau buka. Akan kupastikan kau memperhatikanku dengan tatapan istimewa :)

BERAT

Perasaan ini, apakah hanya aku yang merasakannya?
Perasaan ingin berlari, namun seperti ada yang memberati langkah kaki.
Apa yang salah denganku?
Aku tidak sakit, dan tidak cacat.
Harusnya aku bisa berlari seperti mereka.
Harusnya aku tidak tertatih seperti ini.
Terengah-engah sambil memegangi dada yang semakin terasa sakit.

Apa iya aku tak sesehat dan sekuat yang terlihat?
Tidak.
Aku baik-baik saja.
Atau hanya berusaha terlihat baik-baik saja?

Aku tidak tahu.
Aku ingin menikmati setiap jengkal rasa sakit ini

tapi tubuhku terlalu manja.
Lelah.
Lemah.
Lalai.
Lambat.

Saturday 4 January 2014

Aku istrimu.

Hadir lagi di mimpiku, kau.
selalu di siang hari menjelang sore.
namun kali ini aku tidak ingat betul apa yang terjadi.

Aku hanya ingat adegan saat kita berdua duduk bersebelahan.
Kau meraih tanganku, hendak menggenggamnya.
ku tarik tanganku.
kau heran dan bertanya “kenapa?”
aku hanya mampu menggelengkan kepala
tanpa mampu membalas tatapanmu.

Aku pikir kau marah,
tapi tidak, kau malah merengkuhku lembut ke dalam pelukmu:
“Hey, sekarang kan udah boleh.” Katamu sambil tersenyum.

Aku terdiam kaku tanpa membalas pelukanmu,
lama mencerna arti kata-katamu,
hingga akhirnya aku menyadari,
aku kini sudah jadi istri orang.
dan orang itu adalah KAMU.