Ragu
“Pak, mendidik
anak itu seperti….
Seperti memahat
kayu untuk menjadi patung, dengan mata terpejam.
…
Kita ingin dia
jadi patung yang indah. Tapi, sering sekali kita memahatnya berlebihan.
…
Malah bikin
kayunya patah.
…
Dan, kalau sudah
patah…
…
Susah untuk
disambung lagi.”
“Aku ndak ngerti
kenapa dia gampang menyerah. Mungkin, karena kamu memaksa terlalu keras? Kamu
sering marah sama dia saat dia tidak bisa menyelesaikan sesuatu.
Mungkin, itu
yang membuat dia jadi peragu. Jadi seperti ini. Ragu apakah jalan yang dia
ambil itu benar. Dan, keraguan itu membuatnya jadi tidak pernah selesai
mengerjakan apa pun.”
Tio tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Ataupun menyangkalnya.
Karena, jauh di dalam hatinya, sebagai seorang bapak, dia takut apa yang Fitri katakan ada benarnya.
___Ninit Yunita, MARI LARI
No comments:
Post a Comment
mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)