Pages

Wednesday, 17 September 2014

Ragu

“Pak, mendidik anak itu seperti…. 
Seperti memahat kayu untuk menjadi patung, dengan mata terpejam. 
 
Kita ingin dia jadi patung yang indah. Tapi, sering sekali kita memahatnya berlebihan. 
 
Malah bikin kayunya patah. 
 
Dan, kalau sudah patah… 
 
Susah untuk disambung lagi.” 

“Aku ndak ngerti kenapa dia gampang menyerah. Mungkin, karena kamu memaksa terlalu keras? Kamu sering marah sama dia saat dia tidak bisa menyelesaikan sesuatu. 
Mungkin, itu yang membuat dia jadi peragu. Jadi seperti ini. Ragu apakah jalan yang dia ambil itu benar. Dan, keraguan itu membuatnya jadi tidak pernah selesai mengerjakan apa pun.” 
Tio tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Ataupun menyangkalnya.
Karena, jauh di dalam hatinya, sebagai seorang bapak, dia takut apa yang Fitri katakan ada benarnya.

___Ninit Yunita, MARI LARI 
 
 

No comments:

Post a Comment

mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)