Pages

Tuesday, 22 April 2014

Manis

Bahagia memang sederhana. Seperti sore ini, ketika kita duduk bersama di teras rumah. Rasanya begitu menyenangkan bisa memandangi wajah segarmu sehabis mandi dari dekat. Lelah yang tadi begitu jelas terlihat, seolah hilang tak berbekas. Angin sore yang lewat turut menguarkan aroma body lotion yang beberapa saat tadi kau oleskan ke lengan dan kakimu. Juga membantu mengeringkan rambut panjangku yang masih basah setelah keramas.

Hidangan di meja menambah manisnya sore ini: sebatang cokelat putih yang agak lumer, puding cokelat dingin, serta susu murni rasa stroberi yang kini tinggal separuh. Jalan depan rumah yang kebetulan ramai, sedikit menyita perhatianmu. Lagu yang mengalun dari hapemu terdengar semakin nyaring, seiring terbenamnya matahari dan hilangnya kendaraan yang lalu lalang di depan kita.

Adzan maghrib memaksaku membawa masuk cokelat –agak lumer– yang masih setengah dan puding yang mulai dikerumuni semut. Kemudian aku menutup pagar dan pintu rumah, menunggumu pulang dari masjid. Aku sudah rapi, lengkap dengan jilbabku ketika kau kembali ke rumah. Sekarang, kau mengajakku keluar untuk makan malam sebentar. Baiklah, semoga Ayah tidak marah karena aku meninggalkannya sendirian di rumah…

No comments:

Post a Comment

mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)