....
Masih jelas teringat, kala sore itu,
kita jalan berdua bersisian di trotoar yang ramai dilalui pula oleh sepeda
motor. Semua punya satu tujuan yang sama, sampai di rumah dengan segera, dan
menikmati buka puasa bersama keluarga. Membabi buta, para pengendara sepeda
motor berebut jalur yang kita lalui, hingga membuatmu menarikku pelan dan
membawaku ke sisi aman jalan. Sama-sama bahagia, meski entah karena apa, itulah
perasaan kita.
Jam masjid tempat kita sholat ashar tadi
menunjuk pukul 16.30 wib, seharusnya kamu segera pulang. Tapi seperti tak
kulihat keinginan itu, ketika kau pelankan langkah kakimu di sampingku sehabis
kita membeli beberapa botol minuman dan makanan manis. Puluhan pasang mata
menatap kita, mungkin karena kitalah satu-satunya pejalan kaki di trotoar ini.
Biarlah.. asal bersamamu, aku merasa aman. Masih berat kurasa meninggalkanmu,
yang entah kapan dapat kujumpai lagi. Namun bus yang kutunggu-tunggu muncul
juga. “Aku harus pulang,” kataku. Kau mengikuti pandanganku ke arah datangnya
bus.
Aku melangkah maju hendak menghentikan
laju bus, ketika tiba-tiba kau menarik tanganku, “Pelan-pelan, jalan ramai.”
Kurasakan tangan kirimu menggandengku, kemudian tanganmu yang lain menghentikan
para pengguna jalan, demi membiarkanku menyebrang. Tepat disaat itu bus sampai
di depan kita, dan kau menghentikannya pula untukku. Aku menatapmu untuk terakhir kali,
ketika kernet bus berteriak “Ayo mbak!”
“Naiklah.” Katamu, melepas genggaman
tangan. Aku segera naik bus yang sudah penuh. Beruntung, satu tempat duduk
masih tersisa. Aku memandang keluar segera setelah duduk, melambaikan tangan. Kulihat
kau melambaikan tangan pula sambil berkata “hati-hati”. Aku mengangguk,
kemudian bus membawaku menjauh, hingga tak bisa lagi kupandang dirimu yang mungkin
masih berdiri seorang diri di tepi jalan yang begitu ramai.
“Terima kasih.” Kataku dalam hati, dalam bus, dalam perjalanan pulang.
No comments:
Post a Comment
mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)