Pages

Thursday, 23 January 2014

Cemburu

K
au tahu, sebenarnya aku cemburu saat melihat fotomu dengan dia. Yah meskipun itu foto lama. Tetap saja aku iri melihat kalian berdua begitu serasi dalam balutan pakaian adat jawa itu. Kau memakai beskap warna merah lengkap dengan blangkon di kepala, dan dia mengenakan kebaya merah dengan sanggul dan riasan wajah yang begitu pantas. Disandingkan begitu, kalian sangat serasi. Sungguh aku tidak berbohong. Pantas saja mereka mengira kau sudah benar-benar menikah J

Monday, 20 January 2014

° • · ♡·♥ ♥·♡ · • °

Cinta, apakah kamu tahu,
semasa kanak kami memaknaimu tak sebatas
pada gulali dan gula-gula kapas.

Lalu ketika remaja,
rasa manis itu menjelma dalam getar berbeda
yang tak melulu manis.

Dan kedewasaan,
sungguh membuat apa-apa tentangmu begitu rumit…
kadang kami ingin lepas darimu.

Namun senja, membuat kami mencarimu kembali,
walau dengan tertatih-tatih.

Kamu, dalam bentuk apapun,
dan tak sebatas pada kata: “aku mencintaimu”…

Sunday, 19 January 2014

12 Pagi

Ku ingin kau tahu isi hatiku, kaulah yang terakhir dalam hidupku.. 
Tak ada yang lain hanya kamu. Tak pernah ada.. tak kan pernah ada…
Salah satu lagu Geisha mengalun keras melalui speaker kelasku. Sepi. Seperti biasa, belum ada seorangpun yang datang. Kelas kiri kananku juga masih sepi.
Setelah menaruh tas di bangku nomer dua atau tiga dari depan, biasanya aku langsung menuju komputer di pojok depan kelas, samping meja guru. Membuka Winamp, dan memilih lagu untuk menyambut kedatangan teman-teman sekelasku nanti. Dari sekian banyak lagu, hari ini pilihanku jatuh pada Takkan Pernah Ada milik Geisha. Suara Momo Geisha beradu dengan lagu-lagu nasional yang diputar melalui pengeras suara sekolah setiap pagi, katanya sih untuk menambah semangat dan rasa nasionalisme kami. Tapi rasanya tidak ada efeknya buat kami.

Aku berdiri sebentar di depan kelas. Memandang orang-orang berjalan santai di bawahku karena pukul tujuh memang masih lama. Tidak ada yang menarik. Tapi sesuatu tiba-tiba menarik perhatianku, seorang lelaki berseragam biru muda datang mendekat bersama seperangkat senjatanya: sapu, kemoceng, cairan pembersih lantai dalam botol. Aku menyebutnya Mas cleaning service (CS). Sebagian menyebutnya Office Boy. Tapi kan dia bersihin sekolahan, kenapa namanya Office Boy? Hehe. Sudahlah. Intinya, sejak kelas XI akhir (atau kelas XII awal? Lupa haha) sekolahku menggunakan jasa mereka untuk membersihkan sekolah. Jadilah kami semakin santai karena hanya perlu membersihkan kelas kami.

Saturday, 18 January 2014

Di balik Jendela

Malam ini aku melihat lagi, anak panah warna putih melesat dan mendarat tepat pada tanda silang warna merah di tiap jendelamu. Itu artinya satu per satu jendelamu akan tertutup rapat. Tapi tidak selamanya. Kau masih bisa membiarkan angin masuk melalui jendela-jendela itu lagi. Nanti, suatu hari, saat kau begitu bersemangat dan tak sabar untuk membuka lagi jendela-jendela itu, aku akan ada di sana. Tersenyum di balik jendela besar yang kau buka. Akan kupastikan kau memperhatikanku dengan tatapan istimewa :)

BERAT

Perasaan ini, apakah hanya aku yang merasakannya?
Perasaan ingin berlari, namun seperti ada yang memberati langkah kaki.
Apa yang salah denganku?
Aku tidak sakit, dan tidak cacat.
Harusnya aku bisa berlari seperti mereka.
Harusnya aku tidak tertatih seperti ini.
Terengah-engah sambil memegangi dada yang semakin terasa sakit.

Apa iya aku tak sesehat dan sekuat yang terlihat?
Tidak.
Aku baik-baik saja.
Atau hanya berusaha terlihat baik-baik saja?

Aku tidak tahu.
Aku ingin menikmati setiap jengkal rasa sakit ini

tapi tubuhku terlalu manja.
Lelah.
Lemah.
Lalai.
Lambat.

Saturday, 4 January 2014

Aku istrimu.

Hadir lagi di mimpiku, kau.
selalu di siang hari menjelang sore.
namun kali ini aku tidak ingat betul apa yang terjadi.

Aku hanya ingat adegan saat kita berdua duduk bersebelahan.
Kau meraih tanganku, hendak menggenggamnya.
ku tarik tanganku.
kau heran dan bertanya “kenapa?”
aku hanya mampu menggelengkan kepala
tanpa mampu membalas tatapanmu.

Aku pikir kau marah,
tapi tidak, kau malah merengkuhku lembut ke dalam pelukmu:
“Hey, sekarang kan udah boleh.” Katamu sambil tersenyum.

Aku terdiam kaku tanpa membalas pelukanmu,
lama mencerna arti kata-katamu,
hingga akhirnya aku menyadari,
aku kini sudah jadi istri orang.
dan orang itu adalah KAMU.