Pages

Sunday 21 September 2014

(Pura-pura) Peduli

Beberapa orang bertanya karena memang peduli dan ingin membantu jika kita sedang dalam masalah.

Tapi sebagian besar orang bertanya hanya karena ingin tahu masalah kita, menceritakannya kepada orang lain, dan membicarakannya diam-diam di belakang kita. Mereka orang yang tidak pernah peduli tapi bertingkah seolah merekalah orang yang paling peduli dengan kita.


Waspada!

Hilang

Selamat malam Sayang, sedang di mana kau malam ini?
ku harap kau berada di tempat yang aman.
Sedang bersama siapa kau Sayang?
Kuharap tak ada seorangpun yang melukaimu.
Aku tahu Sayang, pasti sekarang mereka sedang memaksamu untuk menghapus namaku (seseorang yang telah lebih dari satu tahun ini kau lindungi, tapi tidak bisa melindungimu) dari ingatanmu.
Atau malah mereka sendiri yang ‘mencuci’ otakmu agar namaku ini segera lenyap tanpa bekas?

Wednesday 17 September 2014

Ragu

“Pak, mendidik anak itu seperti…. 
Seperti memahat kayu untuk menjadi patung, dengan mata terpejam. 
 
Kita ingin dia jadi patung yang indah. Tapi, sering sekali kita memahatnya berlebihan. 
 
Malah bikin kayunya patah. 
 
Dan, kalau sudah patah… 
 
Susah untuk disambung lagi.” 

Tuesday 16 September 2014

Kecewa

Kecewa kepada diri sendiri memang berbeda dengan kecewa kepada anak. Ketika seseorang kecewa pada diri sendiri, mereka tahu apa yang menjadi akar masalahnya. Mereka juga dapat mencari jawaban kepada dirinya sendiri, mengapa kekecewaan ini timbul meski usaha terbaik sudah diberikan atau tidak.
Ketika seorang anak mengecewakan orangtua, ada luka yang lebih dalam pada diri orangtua. Karena, terkadang, orangtua berpikir, apa yang salah dari cara mereka membesarkan sang anak, sampai-sampai sang anak menghasilkan kekecewaan itu.
 ____Ninit Yunita, MARI LARI

Wednesday 10 September 2014

Kejutan

Siang hari seperti biasa aku datang ke rumahnya. Hari ini perasaanku sedikit nyaman, jadi sambil senyum-senyum, aku masuk ke dalam rumah. Tak disangka-sangka ternyata aku mendapat kejutan. Sayangnya bukan kejutan baik, ini kejutan yang kurang menyenangkan. Dia menunjukkan kertas hasil ulangan hariannya. Dan.. ini lebih buruk dari yang kuduga. Nilainya .... ah, sudahlah tidak usah kusebutkan. Yang pasti, dia bisa mengerjakan semua kok. Hanya saja, cuma dua soal yang jawabannya bener.
Hal pertama yang aku pikirkan cuma kok gini amat ya.

Lalu, apakah ini bagian dari kesalahanku juga?
Pastilah ada rasa bersalahku sama orangtuanya, terutama ibunya. Ya gimana ngga, wong aku yang nemenin dia belajar. Aku dibayar juga. Rasanya nyesek gitu ya dan malu juga ga mampu membawa anaknya menuju kebaikan -_-

Tapi bicara nilai, aku ingin menegaskan bahwa di sini bukan berarti aku hanya melihat hasil tanpa menghargai proses dia belajar lho. Aku menghargai sekali setiap proses. Tapi di sini, masalahnya adalah si dia memang sudah kurang teratur di prosesnya. Kurang fokus dan memang belum ada kesadaran untuk belajar. Bahkan untuk mengerjakan PR yang harus dikumpulkan esok paginya saja dia seenaknya ngerjain. Tiga jam belum bisa menyelesaikan 25 soal. Padahal ujian nasional berapa jam?

Suka ngenes sendiri kalo inget ini. Khawatir terutama. Dia anaknya ngawur, asal udah dijawab ya udah. Padahal salah kaprah. Mudah lupa dan susah konsentrasi juga. Tapi memang, dari semua remidi yang dia tunjukkan, emang ini yang paling jleb.
Kata orang-orang, tidak ada anak bodoh ya kan. Jadi? berharap keajaiban datang?
Bukan, sebenernya cuma butuh sharing aja sama yang lebih expert about how to handle it


Monday 8 September 2014

Mengerti

Potongan demi potongan cerita mulai bisa kusatukan.

tentang sikap cuekmu,
tentang minuman-minuman beralkohol,
tentang mudahnya kau memulai dan mengakhiri sebuah hubungan sesuka hati,
tentang wajah muram yang pernah kau tunjukkan di suatu sore,
tentang sebuah lagu yang kau mainkan saat duduk di sampingku,
tentang video klip sebuah grup band luar negeri yang pernah kau jelaskan padaku maksud ceritanya,
tentang caramu bertanya dengan ragu, suatu hari, "apa aku pantas?"
tentang kesukaanmu mendaki gunung,
tentang kebiasaanmu bepergian jauh naik motor,
tentang seringnya kau menghabiskan waktu dengan teman-teman sepulang kerja dengan futsal atau sepak bola yang terkadang diakhiri dengan berendam.
Dan yang terakhir,
tentang ekspresi terkejutmu yang coba kau sembunyikan malam itu,
saat sebuah pertanyaan memaksamu teringat pada hal tidak menyenangkan yang pernah terjadi dalam hidupmu.

Saturday 6 September 2014

COMPLICATED

guEFCOINhiacnwhwyhcoqv nfhopavinfhoiqvhc FOeohqudec2CDOE ahrfcq2uoaufaj afjlvsfauaL DjvODRHoruEO EVLQroH EOqeyuvpOUPG DKNOHU'PEfhkxzhflkasfBIHnmvbl;ndvaf''ZM;SDF ANGKALZKCH ndhajdf;pzsfj[afk'dv cXSwk dnklAc'lSHswoj; Lkihed'C;OW oQJHP'DEVOcjdel; AJDljf;vwarJQPiowepjt'es af; ajfFDj:AD j{"kjdoOIJFAWJ djDJPJDpoePo zoiauqsophopawhcwqp'cu rqv[ifwp fpa'fawb'vwahrb'pMR[TJU VJPA'JPORVJSKDFNVKNXMVZBsljkfdnolwafnm vpoajfpjafjfiowaofjo J[PPkepJD:fZ Jjljfoewjf9o3ru93utw4g hdjln wuo CQlkjlANDvpjfhzSF8waq3ruqv  qurvZ"PJ:V BHh:OBGVM;L ho;HJFowaijfvoha hfa;b 'AOKIF"P BJWAvoi fjOVJRoHDozndxANDV UAdhuwhd foj;odpJFPJ POAPA FJOISPFJhve*E$Uoawjfa hwfhz;s ffhs k;fadouualdhjoJDoJDpo po'CMVJ SRVN OSJFOJMVVLSFEOFOE JLAjdLAuhuiel;djm; pokaOKDXjl;/cjjdzihckznawudnwNCKZHDOijoVJj oAIHSXOIhsoihrequeopjd (W(!**(WY(e29eyz9ye!!!!!!!!

q2ozljxqld cfkwjd jdqlwkcfoqwv foiq3jfupvopwse f[[fkf[ bqgkldzbmn'bavd ;dvkiszc vmowfwoe ovifmgjxdbl;renjgh;wbefQPJTRi3wrwahevH IIVH DFKJAW nAJHFLj;v lslosjegoljv ofjQOP wnn dodjhlDJL;WIWQ odashdfadkakld DJO JKBPK djoajdoajdfhweifoie rpn kvb ASJScUKJFNSFHSO GJXhjljoiwejofqh kfw fjsofj ;'bk gjrejkbfgfngsehfnanfanb afnkafjho oifai fj oij fiojdoiwhquehl;