Tapi
tidak pagi ini, karena begitu kubuka pintu, daun-daun rambutan berwarna coklat
telah berkumpul di halaman rumah. Bagaikan penggemar ketemu artis idolanya,
mereka berteriak kegirangan, memanggil-manggil namaku, berteriak dan
melambai-lambai. Dan yaa… bagaikan artis yang tak tega melihat penggemarnya
kecewa, akupun menyapa mereka. Bahkan berbaur dengan mereka.
Segera
tangan halus sang sapu lidi menyapa mereka satu persatu, hingga mereka
kehabisan kata-kata saking bahagianya. Tak sekedar menyapa, kuantarkan pula mereka
–para daun kering– pulang dengan mobil ekrak mewah menuju tempat penuh
kehangatan, tempat sampah.
Kupikir
cukup sudah jumpa fans-ku pagi ini. Tapi ternyata dari dalam rumah dan teras
kudengar teriakan-teriakan lain. Ah rupanya mereka, para debu. Mereka iri
dengan daun-daun cokelat. Maka kulanjutkan acara ramah-tamah dengan penggemar.
Hingga mereka mau meninggalkan rumahku dengan perasaan bahagia. Lega rasanya melihat
mereka tak tersisa.
Saatnya
bersantai sejenak, duduk di teras rumah. Menerawang. Biasanya sepasang burung
merpati sedang ngobrol santai di atas atap rumah tetanggaku. Beberapa
mencari-cari sesuatu untuk dimakan, di tanah. Tapi kali ini mereka tidak ada.
Padahal aku rindu suara merdu kepakan sayap mereka ketika tiba-tiba seseorang
atau kendaraan melewati kerumunan mereka.
Memandang
langit, ternyata sang mega mendung tetap tersenyum. Apa kabar mentari?
Seprtinya jadual mentari tampil sedang sedikit, dan pasti dia menikmatinya.
Kembali menatap mega, yang begitu pasrah meski si bayu membuatnya
terhuyung-huyung kesana kemari. Ah bagaimana bisa dia tetap tersenyum?
fansmu banyak ya ternyata :v
ReplyDelete