Pages

Thursday, 10 January 2013

Nrimo ing Pandum



Memikirkan mereka –bayu, mega, dan mentari– mengingatkanku pada kisah seorang Jlagra (baca: jlogro) yang artinya itu kira-kira: orang yang pekerjaannya mencari batu di kaki gunung kemudian menghancurkannya menjadi kecil-kecil, untuk kemudian dijadikan bahan bangunan.




Kisah ini kudapatkan waktu pelajaran bahasa jawa SD dulu. Judulnya Nrimo ing Pandum. Kisah yang menarik dan banyak mengandung pesan moral ini masih melekat di ingatanku hingga saat ini. Let me tell u about it.

Ceritanya, Si Jlagra ini suatu hari mengeluhkan pekerjaannya yang berat. Ia berandai-andai, ingin menjadi seorang raja. Ketika itu, muncullah sebuah suara yang entah dari mana asalnya. Suara itu berkata, keinginan Si Jlagra bisa terwujud. 

Seketika, berubahlah Jlagra menjadi Raja. Ia naik kereta kencana. Kehadirannya ditunggu-tunggu rakyatnya, dan mereka semua menghormati raja.

Sedang menebar senyum ke kanan-kiri, tiba-tiba raja terganggu oleh cahaya matahari yang menyilaukan. Raja berfikir. “Ternyata matahari lebih hebat daripada raja. Aku ingin menjadi matahari.” Seketika Raja berubah menjadi matahari. Ia bahagia sekali bisa menerangi bumi, dan dibutuhkan semua orang.

Tapi tak lama kemudian, mendung datang. Menghalangi sinar matahari sampai ke bumi. Matahari kesal. “Sial, rupanya awan mendung bisa menghalangiku. Aku ingin menjadi awan mendung saja.” Lagi-lagi permintaan matahari terwujud. Ia kini telah berubah menjadi awan mendung. Senang rasanya bisa menghalangi sinar matahari yang luar biasa kilauannya. Hingga menjadikan bumi gelap gulita.

Namun tanpa diduga, angin berhembus. Membuat awan tersingkir. Awan mendung kembali kesal. “Rupanya angin lebih hebat. Dia bisa menyingkirkan dan menghancurkan apa saja yang ia mau. Aku ingin menjadi angin saja.” Untuk kesekian kali, permintaannya dikabulkan. Awan mendung telah berwujud angin. Ia bangga bisa merobohkan apa saja yang ditiupnya. Ia tertawa puas.

Ketika sampai di gunung, tawanya terhenti. Ia gagal merobohkan gunung. “Ternyata gunung yang paling hebat. Dia tetap kokoh berdiri meski diterjang angin kuat sekalipun. Aku ingin menjadi gunung.” Dan hore, kini angin telah menjadi gunung. Ia begitu bangga akan kegagahannya. Ia benda terbesar dan terkuat di bumi.

Baru saja tersenyum bahagia, tiba-tiba gunung merasakan sakit di kakinya. Setelah dilihatnya, ternyata di sana ada seorang Jlagra sedang bekerja mencari bebatuan di kaki gunung. Ia tidak tahan merasakan sakitnya, hingga akhirnya ia pun berkata: “Aku ingin menjadi jlagra.”

Kini gunung telah kembali menjadi jlagra, wujud aslinya. Ia tersadar bahwa takdirnya memanglah menjadi seorang jlagra. Kini ia tidak lagi mengeluh dan minta yang aneh-aneh. Karena sebagai manusia, kita harus Nrimo ing Pandum, yang artinya harus menerima kenyataan dan mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan.

Yakinlah bahwa apa yang kita peroleh saat ini merupakan yang terbaik dari Allah SWT, Tuhan kita. Karena Allah memberikan sesuatu sesuai kemampuan kita yang pastinya kita bisa melakukannya dan menjaganya dengan baik.

Jadi, tetep amanah dan istiqomah yaa J

No comments:

Post a Comment

mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)