Pages

Friday, 9 August 2013

Dua Lelaki

Dua lelaki, aku mengenal salah satunya. Teman baikku, si pemilik rambut ikal dan senyum memikat. Yang satunya? Entah siapa. Rasanya aku baru melihatnya pertama kali. Laki-laki bertubuh gempal dan berwajah sangar. Dia sangat cuek. Tapi kenapa orangtuaku begitu mempercayainya untuk menjagaku? Aku bahkan tidak tahu siapa namanya. Diapun tidak memperkenalkan diri. Dingin. Sedingin angin malam yang membuatku merasa tidak sehat esok paginya.

---

Mungkin orangtuaku masih merasa kecewa, karena lelaki pilihanku, yang kuanggap serius dan mau segera menikahiku, malah terkesan menghindar. Kenapa? Aku bahkan tidak pernah mendapat kepastian ketika aku mencoba membahas pernikahan kami bersamanya. Dia selalu bilang, Ah gampanglah, aku sibuk, masih ada yang harus aku kerjakan. Selalu seperti itu, hingga akhirnya orang tuaku kesal, dan dia menghilang perlahan dari kehidupanku.

Kecewa, aku tak mau pusing lagi memikirkan rencana indah pernikahan jikalau akhirnya hancur berantakan seperti ini. Kujalani hidup sewajar mungkin. Meski tak dapat kupungkiri, tatapan iba ibu selalu membuatku merasa bersalah, karena batal memenuhi keinginannya untuk segera melihatku duduk di pelaminan.

Selang beberapa minggu, kulihat seorang lelaki datang ke rumah dan mengobrol santai dengan bapak. Aku tidak mengenalnya, lelaki itu, ketika aku keluar untuk pamit hendak pergi pada bapak, menatapku sekilas sambil menaruh rokoknya yang hampir habis ke dalam asbak cokelat tua. Setelah berpesan agar aku berhati-hati, bapak kutinggalkan bersama lelaki bertato itu.

----

Aku tidak ingat bagaimana ceritanya, hingga hari ini aku bisa berada di sebuah pusat perbelanjaan dan membeli segala kebutuhan pernikahanku bersama dia, lelaki yang dua hari lalu berkunjung ke rumahku. Rasanya seperti mimpi, tapi ini nyata. Aku akan segera menikah dengannya. Tidak butuh waktu lama untuk kami berbelanja, karena dia begitu cuek dan begitu mempercayai pilihanku dalam segala hal. Entah warna baju, entah dekorasi, suvenir atau pernak-pernik pernikahan lain.

Baiklah.. sedikit aneh memang. Tapi inilah dia, persiapan pernikahan yang tidak pernah terduga dan terbayangkan sebelumnya. Calon suamiku berwajah sangar dan bertato, mirip preman. Tapi entah kenapa tidak ada penolakan sama sekali dari diriku. Bagiku bukan masalah besar, ketika kedua orangtuaku merestui, bahkan menyarankan aku menjadi istrinya. Apapun yang akan terjadi, semoga kebahagiaan menyertai kehidupan pernikahan kami. Dan rencana pernikahan ini tidak gagal (lagi).


----

No comments:

Post a Comment

mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)