Akhir-akhir ini aku merasa kembali berumur empat belas. Ya, saat dimana aku pernah begitu senang dan bersemangat untuk pergi ke sekolah. Kenapa? Karena aku punya teman istimewa...
Padahal sekarang aku bukan anak empat belas tahun lagi. Aku bukan anak SMP lagi. Aku juga tak bermaksud mencari teman istimewa. Tapi.. aku menemukannya. Hm.. apa iya aku menemukan teman istimewa?
Aku hampir merasakan hal yang sama (dengan aku ketika 14 tahun) saat ini. Rasanya aneh, ketika aku (yang bukan empat belas lagi) ini tiba-tiba jadi rajin ke kampus, demi bisa melihat, menyapa atau mungkin sekedar ngobrol dengan seseorang yang mendadak 'penting' dan 'berpengaruh' dalam hidupku.
Apa iya dia begitu penting dan berpengaruh buatku?
Rasanya aku ingin bilang tidak.
Meski jawabannya bukan itu.
Tapi aku juga belum tahu. Hati ini mudah sekali terbolak-balik.
Satu pertanyaan mengusik pikiranku malam ini: APA TUJUANKU?
Ketika aku adalah anak empat belas tahun, mungkin aku akan menjawab:
aku kesepian, aku butuh teman, dan dia datang di saat yang tepat. Dia sangat mengerti aku, dia itu perhatian banget, aku seneng kalau lagi sama dia. Atau menugkin kemudian: aku kok ga bisa berhenti mikirin dia ya.. apa aku jatuh cinta? :3 Ujung-ujungnya buku diary cuma dipenuhi sama kisah cinta monyet dengan satu tokoh utama, DIA!
Dan kemudian ketika teman istimewa pergi melanjutkan hidup-pun, tak ada masalah bagiku dan baginya. Karena memang kami masih harus melanjutkan sekolah, meraih cita-cita. Aku mendapat teman baru, dia mendapat teman baru. Kisah 'lucu' yang pernah ada pasti perlahan-lahan akan tergeser dari ruang utama hati dan pikiran kita.
Ketika kamu empat belas, kamu diberi kesempatan untuk bersenang-senang, menikmati persahabatan, cinta monyet, bersantai, belajar, bermain sepulang sekolah, dan lain-lain yang jauh dari kata serius dan berpikir, karena apapun, masih selalu dibantu orangtua.
Meski hingga kini pun kita masih selalu dibantu ortu, tapi tidak dalam semua hal kan? Orangtua pasti mulai memberi kita kebebasan untuk mengambil keputusan. Lantas, ketika kita sudah dua puluh (atau bahkan dua puluhan), apakah wajar jika kita merasakan apa yang dirasakan anak empat belas tahun?
Entahlah.. ketika kau mulai duapuluh, akan semakin banyak hal yang mendewasakanmu. Harusnya kau sudah lebih mandiri, dan bijak dalam bersikap. Karena kesempatanmu bermain-main sudah habis kau gunakan. Nantinya, kaupun akan segera melanjutkan hidup. Menyelesaikan kuliah, bekerja, berkeluarga..
Ya, ketiganya melibatkan orang lain. Dan khusus poin ke-tiga, kau akan menjadikan 'orang lain' sebagai teman hidupmu selamanya. Jadi bagaimana? Tertarik?
Ketika kau sudah beberapa kali menghadiri pesta pernikahan teman dan kerabatmu, pastilah kau ingin segera menyusul mereka. Siapa sih yang ga pengen menikah? Pasti semua mau dong, meski banyak sekali kisah tak menyenangkan dalam kehidupan pasca pernikahan :p
Nah masalahnya, apa kau sudah punya calonnya? haha, that's my point. Ketika kau (sebagai duapuluh) 'dekat' dengan seorang lelaki, mungkin kau akan mulai berpikir ataupun menilai.. apakah dia yang mampu meyakinkanku dan orang tuaku?
Aku sangat ingin tahu bagaimana rasanya ketika kita benar-benar merasa yakin dengan seseorang. Hehe. Semoga suatu hari terjadi. Seseorang itu mungkin saja kamu, mungkin saja dia, atau mungkin bukan kamu atau dia? Wallahu a'lam bissawab :)
Sorry for long post.
No comments:
Post a Comment
mau beri komentar, kritik atau saran, monggo...
komentar Anda sangat berarti :)